Budaya Makanan Yang Sehat ala Indonesia

Spread the love

Jurnalline.com, Jakarta – Konsep dan aplikasi program seni budaya makanan dari beberapa negara atau bisa dikatakan seni budaya makanan.

Seni Budaya Makanan ini terbentuk dalam sebuah kelembagaan gastronomi atau Indonesian Gastronomy Association (IGA) dalam jumpa pers hari di kawasan Menteng,Jakarta Pusat,jumat(27/10/2017). IGA – Embassy merupakan kerjasama dengan kedutaan Prancis budaya makanan

Gastronomi Untuk Mengangkat Seni Memasak Berbagai Suku Yang Ada di Indonesia.

Indra Ketaren, Presiden IGA, mengatakan kepada awak media IGA akan menyelenggarakan 16 acara seperti ini selama 16 bulan dengan 16 perwakilan asing (kedutaan besar) dari negara-negara Uni Eropa, Amerika dan Kanada.

“Kepentingan acara IGA bagi kedutaan besar untuk memperkenalkan dan hubungan diplomasi budaya serta sebagai interaksi sosial gastronomi dengan masyarakat Indonesia. Kemudian, untuk bersinergi dalam kerjasama gastronomi antar kedua negara,” ujarnya.

President IGA melanjutkan, untuk acara hari ini dilakukan dengan kedutaan Perancis di Jakarta dengan memperkenalkan kebijakan dan program budaya gastronomi Perancis. Khususnya, mengenai konseptual dan aplikasi program seni budaya makanan negara bersangkutan.

“Perancis adalah negara pionir dari kelahiran seni budaya gastronomi yang dalam bahasa akademisnya dikenal dengan sebutan ‘The Art Of Good Eating’. Disamping itu Perancis adalah pusat dari aktifitas gastronomi dunia melalui lembaga Internasional Academy of Gastronomy (IAG) yang berpusat di Paris,” ungkapnya.

Mr. Arnold Rivoire, Head Of Mission to the Counselor for Cultural Cooperation and Action & Director of the IFI (French Institute of Indonesia, mengungkapkan IGA adalah perkumpulan yang dibentuk dengan tujuan untuk mengangkat, mengembangkan, melestarikan dan mendekonstruksi seni memasak berbagai suku kepulauan Nusantara.

“Tujuan dari IGA adalah untuk mengangkat seni memasak yang ada di Indonesia, serta etnik pendatang (Arab, Belanda, India, Portugis, dan Tionghoa). Baik yang tradisional, akulturasi dari warisan yang ada maupun modifikasi akibat dari localized global cuisine,” paparnya.

Luci Oey, selaku Koordinator dari IGA menambahkan, semoga dari kegiatan ini bertambah member-member baru, dan gastronomi akan berkembang dan semoga kedepannya banyak orang tahu tentang gastronomi sendiri.

“Banyak orang tidak tahu tentang gastronomi, banyak orang mendatangi saya bertanya tentang gastronomi. Jadi, nanti akan ada kegiatan-kegiatan setiap bulan seperti acara ini, agar orang lebih banyak tahu tentang gastronomi,” tutup Luci Oey.

(mos)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.