KAMPUNG SILAT PENINGGILAN DAN CENTENG BUDAYA TANGSEL GELAR LATIHAN SILAT GABUNGAN

Spread the love

Jurnalline.com, TANGSEL – Lapangan Alap – alap Jombang dibanjiri oleh ribuan baju pangsi ala Betawi tempo dulu dari 98 Padepokan yang tersebar dari berbagai wilayah se-Jabotabek.

Seni bela diri Tradisional silat yang masih digemari oleh putra putri Betawi ini mencuri banyak perhatian oleh berbagai kalangan tokoh Masyarakat di wilayah Tangerang Selatan.

Dalam hal ini Agus Guntoro selaku Ketua panitia acara mengatakan kepada Wartawan bahwa acara latihan gabungan seperti ini akan dibuat secara rutin 6 bulan sekali.

“Saya kira 6 bulan sekali merupakan waktu yang cukup untuk menggabungkan progres dari berbagai padepokan, dari perkembangan jurus, antusiasme masyarakat hingga temu kangen bermusyawarah. Selain untuk mengenalkan kebudayaan betawi, ajang ini merupakan ajang silaturahmi yang dipercaya mampu meredam konflik saudara.” Pungkas Agus

Selain itu Agus menambahkan fungsi acara Silaturahmi juga untuk menjadi ajang memperlihatkan kemajuan jurus dari masing masing Padepokan. Karena permasalahan panggung dan sarana pendukungnya merupakan faktor utamanya sebagai bentuk aksi latihan gabungan.

“Jangan jadikan ajang ini menjadi ajang pilih tanding, tapi lebih untuk menjadikan ajang ini menjadi ajang silaturahmi. Karena kita semua berusaha tampil bagus dan kuat bersama memadukan semua aliran.”

Pentingnya peran pemerintah dalam pelaksanaan penguatan budaya lokal.

“Saya berharap kepada Pemerintah daerah untuk mendukung dan memfasilitasi acara serupa, demi terciptanya kondusifitas sekaligus mencetak ahli beladiri tradisional dari wilayah lokal,” tandas Agus.

Hal senada juga di katakan oleh Mardek bin hasan yang mewakili padepokan pusaka tarik kolot cimande asuhan babeh satibi. Yang juga mengungkapkan kegembiraannya dengan adanya acara yang di gelar oleh KSP-CBTS.

“Padepokan kami hanya butuh waktu 3 hari dalam persiapan tampil unjuk kebolehan peningkatan jurus diatas panggung,” ucap Mardek.

Mardek berharap kedepannya seni beladiri Tradisional ini di aplikasikan di semua perkampungan di Tangerang Selatan. Faktor minimnya sarana alat musik tradisional di percaya dapat melahirkan kreatifitas dan gerakan baru pelengkap jurus.

“Upaya kami sebagai pelaku seni beladiri tradisional mencoba untuk terus menularkan keseluruh padepokan yang tersebar, semata mata demi kemajuan Budaya Betawi. Kenyataannya dalam setiap padepokan di Tangsel tidak di barengi dengan fasilitas pendukung, contohnya alat musik tradisional Gambang kromong dan gendang pecak.  Ini yang menjadi maksud tujuan acara latihan gabungan ini di gelar. Saya berharap agar setiap Padepokan memiliki lahan yang cukup dan sarana penunjangnya seperti alat musik tadi,” tutup Mardek.

( Tb )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.