OKP GMPRI, Rangkul Seluruh Mahasiswa dan Pemuda Republik Indonesia

Spread the love

Jurnalline.com, Tangerang Selatan – Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Republik Indonesia (GMPRI) yang sebentar lagi akan di deklarasikan terus bergerak ke semua lini basis kepemudaan di Indonesia.

Ketua Dewan Pengurus Agung (DPA) GMPRI, Datuk Raden Hajarudin Spd, Mpd, atau yang akrab di sapa Raja Agung Nusantara menjelaskan perbedaan Organisasi Kepemudaan (OKP) GMPRI dengan OKP lainnya adalah keanggotaan.

“Yang membedakan GMPRI dengan OKP lainnya adalah salah satunya terobosan update kekinian, contohnya, OKP lain saat ini hanya berstatus Nasional Internal, kebanyakan kurang paham tentang benturan Politik Internasional, Politik Global, baik hubungan bilateral ataupun Multilateral Negara. GMPRI cukup paham dengan ranah itu, karena GMPRI juga merupakan bagian pendeklarator Konfrensi Pemuda Asia Africa di Bandung pada tanggal 4 April 2015 lalu,”ucap Raja

Raja juga menambahkan, perbedaan GMPRI dengan OKP lain yang hanya mengambil keanggotaan dengan ketentuan khusus

“OKP lain hanya merekrut anggota dengan latar belakang yang sama, contohnya OKP Kemahasiswaan, dimana anggotanya hanya dari Mahasiswa, artinya yang bukan Mahasiswa tidak boleh bergabung. Tetapi GMPRI telah mengambil sikap untuk memperjuangkan pemerataan, hak pemuda yang tidak pernah sekolah untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Kami merekrut hampir semua golongan, anak jalanan, anak pemulung, anak petani, anak nelayan, entah tamatan apapun dia SD, SMP akan kami dorong bersama-sama mewujudkan Indonesia gilang gemilang mencerdaskan Anak Bangsa. Karena OKP lain pasti berbenturan dengan aturan AD/ART,”jelas Raja di saat pernikahannya, di perumahan Citra, Cikupa, Tangerang. Rabu (28/11/2017)

Lebih lanjut Raja juga mengatakan, bahwa GMPRI tidak pernah beroposisi, tetapi akan selalu mengawal Negara dengan bermitra.

“Kami tidak pernah beroposisi, kami lebih ingin mengawal program positif negara dengan bermitra. Tetapi bukan berarti GMPRI tidak boleh mengkritisi negara, tetap saja ketika negara salah arah, pemerintah salah kaprah, kami akan berada di garia depan melawan, demi kepentingan visi misi negara kedepan. Karena GMPRI cukup paham dengan politik Manca Negara, kami bergaul dengan Negara Eropa, Asia terhadap ketersediaan sandang dan pangan. karena menurut saya, jika negara menghadapi krisis pangan maka lebih bahaya dari peperangan, krisis ekonomi lebih berbahaya dari perang dunia ke 2,” ucap Raja

Senada dengan Tb.Ardhiansyah Maulana, Kepala Departemen Sosial Politik DPA GMPRI, yang mengatakan bahwa dampak politik pangan jauh lebih berbahaya ketimbang peperangan.

“Dalam catatan saya terkait masalah stok pangan merupakan masalah serius yang akan berdampak jauh lebih berbahaya, persaingan Negara harusnya mampu di minimalisir melalui ajang saintis, tidak untuk mencari Negara yang terkuat, tetapi mencari negara yang paling bermanfaat untuk Negara lain. Jika itu mampu terlaksana dengan baik, maka kita tak perlu lagi bicara penyesalan tentang tidak makan, tapi bicara penyelesaian pangan,”tutur Pria yang akrab di sapa Adhit.

(Tb)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.