TIDAK ADA MASALAH, UNTUK MENGEMBANGKAN BUDAYA BETAWI DI TANAH BANTEN

Spread the love

Jurnalline.com, TANGSEL – 8 tahun umur Kota Tangerang Selatan, menjadi tolok ukur keberhasilan kota pemekaran dari kabupaten Tangerang induk menjadi cerminan bagi kota lain di indonesia.

Beragam suku dengan jumlah penduduk kurang lebih 1,4 juta jiwa menjadikan perbedaan menjadi kekuatan sesungguhnya kerukunan umat manusia dari agama, suku, budaya dan bahasa.

Seperti yang di katakan oleh Riman Sidik, wakil ketua bidang politik Laskar Betawi Tangerang Selatan, menurutnya Tangsel di huni oleh 3 ethnis yang dominan.

“Setelah kami kaji, suku atau ethnis yang dominan di Tangerang Selatan khususnya ada 3, yaitu sunda, Betawi dan Tionghoa. Ketiganya ini selalu berjalan selaras dari sebelum terbentuknya kota Tangsel. Dari inilah kita menggaris bawahi di saat melakukan pengembangan analisa budaya bahwa suku paling kuat adalah suku Betawi.” Papar riman.

Riman menambahkan bahwa suku betawi masuk ke Tangsel masuk karena pergeseran wilayah dampak pembangunan di DKI Jakarta.

“Dari pengembangan pembangunan yang di lakukan oleh pemerintah DKI Jakarta sendiri sebagai induk budaya Betawi yang sedang pesat pembangunannya kemudian merembet ke daerah penyangga ibukota yaitu Tangsel, menjadi terbagi dari 3 wilayah, di pondok kacang kebanyakan pindahan domisili dari rawa belong, lalu di jombang banyak dari tanah abang, dan dari kebayuran menetap di ciputat dan sekitarnya. Maka berbaurlah semua menjadi satu pola adat betawi orak.” Jelas riman yang pernah menjadi inisiator media di Tangsel.

Perlu wadah besar sebagai tempat untuk menampung aspirasi kekayaan budaya seperti rumah budaya di Tangsel.

“Ya kami mendukung pemerintah untuk segera membangun sanggar budaya guna mengembangkan budaya yang ada di sekitar Tangerang Selatan. Artinya bukan masalah sulit untuk mengembangkan budaya betawi di tanah banten, ketika kita sadari bersama bahwa sangat banyak ormas yang menamakan diri memakai nama besar Betawi di Tangsel. Tentunya kita butuh peran aktif semua lapisan, dari tokoh masyarakat, ketua ormas, ataupun pemerintah daerah, dan bersama sama membangun kebudayaan dari sejarah yang ada.”Kata risman

Hal senada juga di katakan oleh Herman Susilo Ketua DPD Laskar Betawi Kota Tangerang Selatan, bahwa Laskar Betawi akan mendorong pemerintah membangun titik-titik penguatan budaya.

“Di Laskar Betawi kami punya Program pengembangannya melalui Rakerda kemarin, di antaranya gerakan Budaya Mengaji, Silat dan juga Program sosial lainnya. Kami fikir kegiatan mengaji ini sangat positif untuk pemanfaatan tempat ibadah yang cenderung di penuhi oleh golongan orang tua, lalu pemudanya ada rasa segan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Inilah yang akan kita gaungkan ke semua wilayah Kota Tangsel di samping menjadi kewajiban umat muslim khususnya,” katanya kepada wartawan.

Herman juga menambahkan bahwa tidak menutup kemungkinan jika non muslim, dan suku apapun ikut turut serta menyemarakan seni budaya beladiri silat betawi di Tangerang Selatan.

“Siapapun boleh ikut, kami sudah mengarahkan ke semua pengurus LB kecamatan yang sudah terbentuk untuk segera membuat sanggar silat di masing masing wilayah, tidak memandang suku dan agama, guna memfasilitasi masyarakat menggelar kegiatan belajar mengajar ilmu beladiri Tradisional seperti kotek dan beksi sebagai langkah penguatan budaya betawi,” tutupnya.

( tb )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.