Jurnalline.com – JKT – Bertepatan dengan tanggal 28 Oktober hari Sumpah Pemuda. Orang-orang kreatif di industri mode lokal ikut merayakannya lewat karya busana mereka, tak terkecuali desainer Mel Ahyar yang melangsungkan pagelaran bertajuk Shadows di Jakarta Fashion Week 2016, Rabu (28/10/2015).
Presentasi yang berkaitan dengan hari Sumpah Pemuda menjadi pegangan Mel untuk lebih menunjukkan rasa nasionalismenya lewat karya. Kali ini ia menujukan kreasinya sebagai penghormatan bagi pahlawan-pahlawan tanpa nama yang secara aktif membantu di medan perang di zaman kemerdekaan dulu.
“Kenapa aku dedikasikan koleksi ini untuk mereka-mereka yang ikut mati di medan perang tapi tidak terdengar namanya. Untuk mereka yang nggak masuk dalam buku sejarah Indonesia tapi pengorbanannya luar biasa,” ungkap wanita yang melanjutkan studi fashionnya ke ESMOD Paris, Prancis itu sebelum memulai shownya.
Cara Mel menghadirkan tema ini dalam karyanya, menjadi perubahan yang segar untuk kreasi-kreasinya terdahulu. Mel tidak lagi banyak bermain dalam warna nude atau hitam, menghadirkan siluet feminin atau membordir di atas kain syifon yang terkesan romantis, melainkan menawarkan siluet baru yang lebih maskulin dengan inspirasi military.
Koleksinya kali ini mengedepankan teknik jahitan yang tegas dipengaruhi oleh tema military yang diangkat. Namun tetap tak mengurangi sisi femininnya, dibuat aksen kerut di bagian pinggang samping jaket atau dress. Selain itu, kesan maskulin dan sporty juga dihadirkan lewat potongan jaket bomber, trench coat bergaya military, dan shirt dress bergaya safari dengan detail kantung besar.
Selalu menarik melihat wanita lulusan ESMOD Jakarta pada 2003 lalu itu mentranslasikan budaya Indonesia di tiap potong karyanya yang modern. Kali ini ia berkreasi dengan motif tenun sumba dan batik. Uniknya, motif-motif ini di print dan didesain sedemikian rupa sehingga terlihat seperti motif camouflage dan diaplikasikan secara berlapis dengan bahan transparan di atas bahan yang solid. Teknik ini merupakan simbol metafora dari para pahlawan yang tidak terekam dalam sejarah.
Sedangkan palet warna busana didominasi dengan warna natural seperti taupe, champagne, putih dan hijau army. Siluet-siluet longgar atau oversized juga tidak terasa penuh atau terlalu bervolume dengan material ringan yang diterapkan, yakni organza, taffeta dan silk.
Selain Mel, lima desainer lainnya berbagi panggung yang sama dan menggambarkan pandangannya masing-masing mengenai Sumpah Pemuda. Lima desainer itu adalah Carmanita, Yongki Budisutisna, Danny Satriadi dan Tuty Cholid.
{Zeet/rai/red}
Copyright © 2017 Jurnalline Cyber Media