Jurnalline com – JKT – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa pagi kembali memburuk alias bergerak melemah sebesar 201 poin menjadi Rp13.608 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.407 per dolar AS.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Selasa (13/10/2015) mengatakan bahwa penurunan harga minyak menjadi salah satu sentimen negatif bagi kurs negara berkembang, termasuk rupiah sehingga mengalami koreksi terhadap dolar AS.
“Penguatan rupiah yang terjadi mulai terbatas seiring kenaikan yang cukup kencang dalam beberapa hari terakhir, apalagi harga minyak dunia juga mulai mengalami penurunan,” katanya.
Menurut dia, nilai tukar rupiah menyesuaikan dengan kondisi riil di lapangan meski peluang kenaikan suku bunga bank sentral AS cukup kecil pada tahun ini.
“Namun diharapkan, sentimen dari masih tingginya ekspektasi pelaku pasar akan realisasi kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah maupun Bank Indonesia dapat menjaga nilai tukar domestik,” katanya.
Ia menambahkan bahwa pelaku pasar juga sedang menanti data neraca perdagangan periode September 2015 dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) yang akan dirilis pada pekan ini. Diharapkan juga data neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus.
Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa masih adanya peluang kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate) pada tahun 2015 ini menjadi salah satu faktor yang menopang dolar AS untuk kembali bergerak naik.
“Sejumlah data ekonomi AS seperti data penjualan ritel, produksi industri, dan testimoni sejumlah petinggi bank sentral Amerika Serikat masih diantisipasi pasar. Diharapkan memberikan kejelasan mengenai peluang kenaikan suku bunga,” katanya.
{Fram/Zeet }
Copyright © 2017 Jurnalline Cyber Media