Jurnalline.com, JKT – Anggota DPR RI Zulfan Lindan kembali mengingatkan masyarakat mengenai pentingnya menjaga persatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia. Kita harus menyadari dan memahami bahwa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Berbagai agama, suku, adat dan lainnya hidup di negara ini. “Jangankan bicara berbagai agama, dalam Islam sendiri madzhabyang ada di sini cukup banyak,” katanya dalam acara sosialisasi empat pilar kebangsaan di Kota Langsa, Aceh, Kamis (12/11).
Karena itu, lanjut Zulfan, kita harus selalu membangun dan menjaga kebhinekaan ini atas dasar-dasar kemanusiaan. Semakin tinggi wawasan dan pemahaman kita terhadap hal-halyang bersifat kemanusiaan, maka semakin tinggi pula pemahaman dan toleransi kita terhadap perbedaan yang ada.
Sebaliknya, kalau wawasan kita terbatas, maka pemahaman kita terkait dengan toleransi dan kemanusiaan juga rendah. Akibatnya, kita akan mudah terseret dalam konflik dan benturan karena hanya mengandalkan emosi.
“Kalau kita tidak punya wawasan, pemahaman kita terhadap kemanusiaan juga rendah. Lalu kita hanya mengandalkan emosi dengan pengetahuan yang sedikit yang kita punya. Akhirnya terjadi benturan di tengah masyarakat,” kata Politisi Partai NasDem itu.
Menurutnya, masyarakat harus waspada dengan berita apapun, apalagi terkait hal-hal yang berbau konflik suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Zulfan mengatakan, saat ini misalnya kita sering disuguhi berita mengenai pembakaran dan pelarangan tempat ibadah. Terkait dengan hal-hal seperti itu kita harus hati-hati dalam bersikap.
“Orang itu susah mengadu Islam dan Kristen di sini (Indonesia). Karena Islamnya mayoritas, Kristen terlalu sedikit. Walaupun kita sering dengar ada di Papua masjid dibakar, di Manado masjid juga dilarang, pengurus masjid dikejar-kejar, tapi kita harus lihat, apa betul ini maunya orang Kristen seperti itu. Saya juga tidak yakin. Jangan-jangan ada provokasi di dalamnya untuk memecah belah bangsa ini lagi. Karena itu kita harus hati-hati,” kata Zulfan.
Karena itu kita harus meneliti dan mencerna berita dengan baik. Apakah itu berita televisi, koran, internet dan lainnya. Kita perlu tahu apa sebenarnya di balik berita itu, siapa yang membuat berita, siapa narasumbernya, serta apa maksud dan tujuan pembuatan berita. Hal ini penting agar kita mengerti apa yang terjadi sebenarnya dan bagaimana kita harus bersikap.
“Kalau kita baca berita langsung kita percaya terus kita bergerak, demonstrasi. Wah bisa kacau negeri ini. Akhirnya orang yang ada dendam, sementara persoalan sebenarnya berbeda, justru bisa digunakan sebagai penyulut. Mengajak orang ramai-ramai, padahal hanya urusan dendam pribadi. Ini yang tidak boleh terjadi di tengah-tengah masyarakat,”pungkasnya.
(Rai/Red)
Copyright © 2017 Jurnalline Cyber Media