Jurnalline.com, Jakarta – Pada suatu hari, seorang pemuda yang bernama Faizal terlibat dalam kecelakaan. Dia ditabrak oleh sebuah taksi di sebuah jalan raya. Akibat dari kecelakaan itu dia cedera parah. Kepalanya luka, tangannya patah dan perutnya terburai. Setelah dibawa ke rumah sakit, dokter menemukan adanya terlalu parah dan berharap dia tidak ada harapan lagi untuk hidup. Ibunya, Jamilah segera dihubungi dan diberitahu tentang kecelakaan yang menimpa anaknya.
Hampir pingsan Jamilah mendengar berita tentang anaknya itu. Dia segera bergegas ke rumah sakit tempat anaknya dimasukkan. Berlinang air mata ibu melihat kondisi anaknya. Meskipun telah diberitahu bahwa anaknya sudah tiada harapan lagi untuk diselamatkan, Jamilah tetap tidak henti-hentinya berdoa dan bermohon kepada Allah agar anaknya itu selamat.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, kondisi Faizal tidak banyak berubah. Setiap hari Jamilah datang menjenguk anaknya itu tanpa jemu. Bahkan setiap malam pula Jamilah bangun untuk menunaikan shalat malam bertahajjud kepada Allah SWT memohon keselamatan anaknya. Dalam keheningan malam, sambil berlinangan air mata, Jamilah merintih meminta agar anaknya disembuhkan oleh Allah SWT.
Berikut doa Jamilah untuk anaknya itu : “Ya Allah ya Tuhanku, kasihanilah aku dan kasihanilah anak aku. Susah payah aku membesarkannya, dengan susu aku yang Engkau anugerahkan kepadaku, aku suapkan ke dalam mulutnya. Ya Allah, aku pasrah dengan apapun keputusan-Mu! Aku ridho dan ikhlas dengan qada ‘dan qadar Mu yaa Allah”.
“Yaa Allah, dengan air mataku ini, aku bermohon kepadaMu, Engkau sembuhkanlah anakku dan janganlah Engkau cabut nyawanya. Aku sangat sayang kepadanya. Aku sangat rindu kepadanya. Susah rasanya bagiku untuk hidup tanpa anakku ini. Mengiang suaranya terdengar di telingaku memanggil-manggil aku ibunya”. “Ya Allah, tidak ada Tuhan melainkan hanya Engkau saja. Tunjukkanlah kuasa Mu ya Allah. Aku reda kalau anggota badanku dapat didermawankan kepadanya agar dengannya dia dapat hidup sempurna kembali”.
“Ya Allah, aku ridho nyawaku Engkau ambil sebagai ganti asalkan Engkau hidupkan anakku. Engkaulah yang Maha segala hal, berkat kebesaran Mu ya Allah, terimalah doaku ini …. aamiin”.
Keyakinan Jamilah terhadap kekuasaan Ilahi sangat kuat meskipun tubuh anaknya hancur cedera dan dikatakan sudah tidak ada harapan lagi untuk hidup. Namun, Allah benar-benar mau menunjukkan kebesaran dan kekuasaan.
Setelah 5 bulan terbujur, akhirnya Faizal menampakkan tanda-tanda kesembuhan dan akhirnya dia sembuh sepenuhnya. Berkat doa seorang ibu yang ikhlas.
Faizal dapat terus hidup sampai berumah tangga dan beranak-pinak. Ibunya, Jamilah semakin hari semakin tua dan uzur.
Suatu hari, Jamilah yang berusia hampir 75 tahun jatuh sakit dan masuk rumah sakit. Awalnya, Faizal masih mengunjungi dan menjaga ibunya di rumah sakit. Tetapi semakin hari semakin jarang dia datang menjenguk ibunya sampai pada suatu hari pihak rumah sakit menghubunginya untuk memberitahukan kondisi ibunya yang semakin parah.
Faizal segera bergegas ke rumah sakit. Di situ, Faizal temukan kondisi ibunya semakin lemah. Nafas ibunya turun naik. Dokter memberitahu bahwa ibunya sudah tidak ada waktu yang lama untuk hidup. Ibunya akan menghembuskan nafasnya yang terakhir pada waktunya.
Melihat kondisi ibunya yang sedemikian rupa dan dia beranggapan ibunya sedang tersiksa, lantas Faizal terus menadah tangan dan berdoa seperti ini :“Yaa Allah, seandainya mati lebih baik untuk ibu, maka Engkau matikanlah ibuku.! Aku tidak sanggup melihat penderitaannya. Yaa Allah, aku akan ridho dengan kepergiannya … aamin”.
Begitulah bedanya doa ibu terhadap anak dan doa anak terhadap orang tuanya. Ketika anak sakit, walau badan hancur sekalipun, walau anak tinggal nyawa-nyawa ikan sekalipun, namun orang tua akan tetap mendoakan semoga anaknya diselamatkan dan dipanjangkan umur.
Tetapi anak-anak yang dikatakan ‘baik’ pada hari ini akan mendoakan agar ibu atau bapaknya yang sakit agar segera diambil oleh ALLAH, padahal orang tua itu baru saja sakit. Mereka meminta pada Allah agar segera menonaktifkan ibu atau bapaknya karena konon sudah tidak tahan melihat ‘penderitaan’ orang tuanya.
Renungkanlah hai manusia, akan penderitaan seorang ibu yang tidak berharap pamrih dan tanda jasa dari siapapun.
(Zeet/Red)
Copyright © 2017 Jurnalline Cyber Media