Jurnalline.com, Jakarta – Kecil-kecil cabe rawit. Pada usianya yang masih terbilang muda, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Tito Karnavian menyalip jenderal bintang tiga lain yang usianya terpaut bertahun-tahun di atasnya dalam bursa calon kepala Polri.
Usia Tito kini baru menginjak 51 tahun. Karier pria lulusan Akpol tahun tahun 1987 ini sebenarnya masih panjang hingga pensiun pada usia 58 tahun.
Namun, pada usia mudanya ini, Tito meraih kepercayaan PresidenJoko Widodo (Jokowi) sebagai calon tunggal kepala Polri.
Dia melewati sejumlah seniornya yang juga diajukan sebagai calon kepala Polri seperti Irwasum Komjen Dwi Prayitno (angkatan 1982), Wakapolri Komjen Budi Gunawan (angkatan 1983), Kepala BNN Komjen Budi Waseso (angkatan 1984), dan Kabaharkam Komjen Putu Eko Bayuseno (angkatan 1984).
Ketua Bidang Hukum DPP PDI Perjuangan Trimedya Panjaitan mengatakan, partainya terkejut atas keputusan Presiden Joko Widodo menunjuk Komjen Tito Karnavian sebagai calon tunggal kepala Polri.
Sebab, nama Tito tidak masuk daftar nama yang diajukan Dewan Jabatan Kepangkatan Tinggi Polri ataupun Komisi Kepolisian Nasional.
“Dari dua nama yang awalnya diberikan dan kemudian diberikan satu lagi, enggak ada namanya Pak Tito. Makanya kita surprise,” kata Trimedya kepada , Kamis (16/6/2016).
Wakil Ketua Komisi III DPR ini mengatakan, sepengetahuannya, Wanjakti hanya mengajukan nama Komjen Budi Gunawan, KomjenBudi Waseso, dan Komjen Dwi Priyatno.
Kompolnas mengikuti nama yang diajukan Wanjakti itu, tetapi Istana meminta satu nama alternatif lainnya dan kemudian dikirim satu nama lagi, yakni Komjen Syafruddin. Trimedya heran kenapa dari empat nama yang dikirim itu, Presiden justru memilih Tito.
“Memang ini hak prerogatif Presiden. Tapi buat apa Wanjakti melakukan penyaringan? Buat apa Kompolnas melakukan penyaringan?” kata dia.
Apakah PDI-P akan menerima atau tidak usulan Presiden tersebut? Menurut Trimedya, pihaknya akan melihat terlebih dulu proses ujikelayakan dan kepatutan terhadap Tito di Komisi III DPR. Jika Tito bisa meyakinkan PDI-P melalui visi dan misinya, maka partai berlambang banteng ini akan menerimanya.
Terpilihnya Tito ini diapresiasi karena mantan Kepala Densus 88 Antiteror ini memiliki segudang prestasi. Tak hanya dari segi akademis, sejumlah promosi jabatan dan kenaikan pangkat luar biasa Tito dapatkan semasa bertugas di kepolisian.
Penangkapan Tommy Soeharto
Karier Tito melesat setelah memimpin Tim Kobra menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, putra Presiden pertama RI Soeharto, pada 2001. Tommy ditangkap dalam kasus pembunuhan hakim agung Syafiudin.
Saat itu, Tito merupakan Kepala Satuan Serse Umum Reserse Polda Metro Jaya. Kesuksesannya menangkap Tommy diganjar dengan kenaikan pangkat luar biasa Mayor menjadi Ajun Komisaris Besar.
Penangkapan teroris Azahari Husin
Semasa berkiprah di kepolisian, ia berpengalaman di bidang terorisme. Saat memimpin Densus 88 Polda Metro Jaya tahun 2005, ia menangkap teroris Azahari Husin dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur.
Azahari merupakan seorang insinyur Malaysia yang diduga kuat menjadi otak di balik bom Bali 2002 dan bom Bali 2005 serta serangan-serangan lainnya yang dilakukan Jemaah Islamiyah. Pangkat Tito kembali dinaikkan menjadi Komisaris Besar. Ia dan satuannya juga mendapat penghargaan dari Kapolri.
Penangkapan puluhan DPO konflik Poso
Pencapaian besar lain yang Tito dapatkan semasa di Densus 88 ialah membongkar orang-orang di balik konflik Poso. Ia dan timnya berhasil menangkap puluhan tersangka yang masuk dalam daftar pencarian orang pada 2007.
Atas prestasinya, Tito mendapat penghargaan memimpin operasi antiteror di daerah konflik Poso, Sulawesi Tengah. Tahun berikutnya, Tito pun menulis buku berjudul Indonesian Top Secret: Membongkar Konflik Poso yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama.
Prestasi Tito, ternyata di akui dan membuat kagum Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono mengakui, calon tunggal kepala Polri, Komjen Tito Karnavian, memiliki prestasi gemilang. Ia juga menyebutkan, semasa dirinya menjadi presiden, pangkat Tito tiga kali mengalami kenaikan secara akselerasi atau lebih cepat dari waktunya.
“Dulu, saya saja tiga kali menaikkan pangkat Tito dengan proses akselerasi. Jadi, lebih cepat memang dari perwira yang lain,” ujar SBY melalui video yang diunggah pada akun resminya di YouTube, Kamis (16/6/2016).
Dalam kurun 2004-2014, pangkat Tito mengalami tiga kali kenaikan, yakni berpangkat kombes pada 2005, brigjen pada 2010, dan irjen pada 2012. Kenaikan itu karena sejumlah prestasinya menangkap pelaku “kelas kakap” hingga membongkar jaringan teroris. SBY menilai, Tito adalah sosok yang cakap dan memiliki segudang prestasi.
Dengan kemampuannya tersebut, SBY menganggap mantan Kapolda Metro Jaya itu layak menggantikan Jenderal (Pol) Badrodin Haiti sebagai Kapolri. Rekam jejak Tito, kata SBY, juga mulus dan dinilai menorehkan pencapaian luar biasa.
“Menurut saya, pilihan Jokowi tepat, tidak salah dalam mengajukan Tito sebagai calon Kapolri dalam menggantikan Kapolri sekarang,” kata SBY.
Menurut SBY, umur Tito yang terbilang lebih muda dibandingkan jenderal bintang tiga lainnya tak menjadi masalah. Ia meminta publik tidak menganggap remeh Tito jika terpilih dan harus memimpin para seniornya.
“Pada saatnya, Tito akan bisa mengemban tugas dengan baik meskipun dikatakan yunior,” kata SBY demikian dikatakannya, di video yang diunggah di media sosial.
Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono meminta partai politik untuk tidak reaktif terhadap penunjukan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Tito Karnavian sebagai calon tunggal Kapolri.
Menurut dia, melalui anggotanya di DPR, parpol bisa menyampaikan sikap saat uji kelayakan dan kepatutan terhadap Tito.
“Dalam konteks ini parpol tidak tepat kalau memberikan kami dukung atau kami tolak. Biarlah proses itu steril dari politik,” ujar SBY, dalam video yang diunggah melalui akun resminya di YouTube, Kamis (16/6/2016).
Semoga harapan SBY itu dapat menjadi kenyataan di kalangan legislator di DPR RI, apakah pencalonan Tito Karnavian sebagai Kapolri berlangsung mulus? Atau kejadian pencalonan tunggal BG sebagai Kapolri akan terulang?..semoga kejadian itu jangan terulang.
(IDG/Red)
Copyright © 2017 Jurnalline Cyber Media