Jurnalline.com, KOARMABAR – Seluruh prajurit dan Pegawai Negeri Sipil Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) melaksanakan upacara peringatan Hari Ibu tahun 2016. Pada upacara peringatan Hari Ibu Tahun 2016 tersebut Kepala Staf Komando Armada RI Kawasan Barat (Kasarmabar) Laksamana Pertama TNI Yudo Margono, S.E., bertindak selaku Inspektur Upacara di Lapangan Arafuru, Markas Komando (Mako) Koarmabar, Jakarta Pusat, Selasa (22/12)..
Dalam upacara peringatan Hari Ibu Tahun 2016 kali ini, seluruh petugas upacara dijabat prajurit Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal), mulai dari Komandan Upacara, Komandan Kompi, Komandan Peleton dan Pengibar Bendera Merah Putih serta Pembaca UUD 1945. Adapun komandan upacara pada peringatan Hari Ibu tersebut dijabat Mayor Laut (K/W) Ari Trisnowati A. Mk yang sehari-hari bertugas di Dinas Kesehatan Koarmabar sebagai Kepala Seksi Kesehatan Preventif.
Upacara Hari Ibu yang jatuh pada setiap tanggal 22 Desember 1928, merupakan tonggak sejarah bagi kesatuan pergerakan perempuan Indonesia. Peringatan hari ibu dimaksudkan untuk senantiasa mengingatkan seluruh rakyat Indonesia terutama generasi muda, akan makna hari ibu sebagai hari kebangkitan di dalam persatuan dan kesatuan perjuangan kaum perempuan yang tidak terpisahkan dari kebangkitan perjuangan bangsa.
Pada saat Kongres Pemuda Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, menggugah semangat para pimpinan perkumpulan kaum perempuan untuk mempersatukan diri dalam satu kesatuan wadah mandiri. Pada saat itu sebagian besar perkumpulan masih merupakan bagian dari organisasi pemuda pejuang pergerakan bangsa. Selanjutnya, atas prakarsa para perempuan pejuang pergerakan kemerdekaan pada tanggal 22 -25 Desember 1928 diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia yang pertamakali di Salah satu keputusannya adalah I dibentuknya satu organisasi federasi yang mandiridengan nama . Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI).
Melalui PPPI tersebut terjalin kesatuan semangat juang kaum perempuan untuk secara bersama-sama kaum Laki-Iaki berjuang meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, dan berjuang bersama-sama kaum perempuan untuk meningkatkan harkat dan martabat perempuan Indonesia menjadi perempuan yang maju. Pada tahun 1929 Perikatan Perkoempoelan Perempuan Indonesia (PPPI) berganti nama menjadi Perikatan Perkoempoelan Istri Indonesia (PPII). Pada tahun 1935 diadakan Kongres Perempuan Indonesia II di Jakarta. Kongres tersebut disamping berhasil membentuk Badan Kongres Perempuan Indonesia, juga menetapkan fungsi ulama Perempuan Indonesia sebagai Ibu Bangsa, yang berkewajiban menumbuhkan dan mendidik generasi baru yang lebih menyadari dan lebih lebal rasa kebangsaannya Pada tahun 1938 Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung enyalakan bahwa tanggal 22 Desember sebagaiHari Ibu. Selanjutnya, di kukuhkan oleh
Pemerinlah dengan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur tertanggal 16 Desember 1959,yang menetapkan bahwa Had Ibu langgal 22 Desember merupakan hari nasional dan bukan hari libur.
Tahun 1946 Badan ini menjadi Kongres Wanila Indonesia disingkat Kowani, yang sampai saat ini terus berkiprah sesuai aspirasi dan tuntutan zaman. Peristiwa besar yang terjadi padatanggal 22 Desember tersebut kemudian di jadikan tonggak sejarah bagi Kesatuan Pergerakan Peretnpuan Indonesia. Hari Ibu oleh bangsa Indonesia di peringati tidak hanya untuk menghargai jasa-jasa perempuan sebagai seorang ibu, tetapi • Juga jasa perempuan secara menyeluruh, baik sebagai ibu dan istri maupun sebagai warga negara, warga masyarakat dan sebagai abdi Tuhan Yang Maha Esa, serta sebagai pejuang dalam merebut, menegakan dan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan nasional. Peringatan Hari Ibu dimaksudkan untuk senantiasa mengingatkan seluruh rakyat Indonesia terutama generasi muda, akan makna Hari Ibu sebagai Hari kebangkitan dan persatuan serta kesatuan perjuangan kaum perumpuan yang tidak terpisahkan dari kebangkitan perjuangan bangsa.
Untuk itu perlu diwarisi api semangat juang guna senantiasa mempertebal tekad untuk melanjutkan perjuangan nasional menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Semangat perjuangan kaum perempuan Indonesia tersebut sebagaimana tercermin dalam lambang Hari Ibu berupa setangkai bunga melati engan kuntumnya, yang menggambarkan sebagai berikut:1. Kasih sayang kodrati antara ibu dan anak; 2. Kekuatan, kesucian antara ibu dan pengorbanan anak; 3. Kesadaran wanita untuk menggalang kesatuan dan persatuan, keikhlasan bakti dalam pembangunan bangsa dan negara.
Semboyan pada lambang Hari Ibu Merdeka Melaksanakan Dharma. Mengandung arti bahwa tercapainya persamaan kedudukan hak, kewajiban dan kesempatan antara kaum perempuan dan kaum laki-Iaki merupakan kemitra sejajaran yang perlu diwujudkan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi keutuhan,kemajuan dan kedamaian bangsa Indonesia.
Semangat juang kaum perempuan Indonesia tersebut sebagaimana tercermin dalam lambang hari Ibu berupa setangkai bunga melati dengan kuntumnya, yang menggambarkan antara lain : pertama, kasih sayang kodrati antara ibu dan anak, kedua, kekuatan, kesucian antara ibu dan pengorbanan anak, ketiga kesadaran wanita untuk menggalang kesatuan dan persatuan, keikhlasan bakti dalam pembangunan bangsa dan negara.
Upacara peringatan tersebut diisi dengan beberapa kegiatan di antaranya, pengibaran Bendera Merah Putih, pembacaan Teks Pancasila, pembacaan Pembukaan UUD Tahun 1945 dan pembacaan Sejarah Hari Ibu serta ditutup dengan Pembacaan Doa.
(Dian)
Copyright © 2017 Jurnalline Cyber Media