Jurnalline.com, OGAN ILIR (SUMSEL) – Terkait pemberitaan di berbagai media sebelumnya,bahwa PT.Golden Oilindo Nusantara (GON) yang terletak di jalan lintas timur Km 23 Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir yang memproduksi kelapa sawit menjadi CPO tersebut menimbulkan aroma yang tidak sedap bagi masyarakat sekitar, membuat pihak perusahaan angkat bicara dan klarifikasi.
Humas PT GON Saparuddin menjelaskan,keberadaan perusahaan yang dikelolah tidak menghasilkan polusi udara, “memang ada asap hitam tapi itu tidak berbahaya, asapnya juga tidak sampai 1menit keluarnya. Itukan awal saat perebusan kelapa sawit setelah itu normal kembali tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jadi tidak ada polusi lah di pabrik kita. Selain itu per enam bulan pihak Badan Lingkungan Hidup (BLH) OI yang dulunya Distamben terus melakukan cek lapangan untuk memeriksa Amdal. Jadi kalau memang kita salah atau memproduksi gas beracun pastinya ditindak, alhamdulillah inikan tidak,” tegasnya, Kamis (23/2) kepada wartawan.
Menurutnya pihak masyarakat maupun anggota DPRD OI tidak perlu khawatir perusahaan tidak memperhatikan soal limbah buangan yang akan mempengaruhi kualitas udara.
“Kita taat aturan tidak ada yang kita langgar, jumlah pekerja kita juga banyak bahkan mayoritas karyawan adalah orang OI asli. Kalau mereka memanggil atau datang ke pabrik kita siap memberikan keterangan. Ini kita lakukan untuk memberdayakan tenaga kerja lokal, meningkatkan kesejahteraan bersama baik perusahaan maupun masyarakat setempat. Yang kita hasilkan CPO bahkan batoknya juga kita jual karena bagus untuk pembakaran, bahkan lebih bagus dari batubara menghasilkan api yang biru. Jadi pastinya kita buat perusahaan untuk kemajuan bersama bukan hanya untuk kepentingan sesaat bahkan hanya membuat limbah,” katanya.
Ditambahkannya ada 14 kolam disiapkan untuk menampung limbah yang warnanya coklat kehitaman namun saat ini baru terisi limbahnya di 5 kolam yang disalurkan melalui pipa.
“Waktu penggilingan ada sisa minyak, ampas cangkang bisa dijual. Terkadang menimbulkan bau karena belum besar bakterinya anaerob dan aerob. Saat limbah penuh akan dibuang namun dengan syarat ikan bisa hidup, limbah bisa untuk pupuk tanaman,” ujarnya.
Menurut Saparuddin bakteri probiotik sangat efektif membantu pelaku sawit dalam mengelola limbah cair di pabrik. Manfaat bakteri ini sanggup menghilangkan bau limbah dan menetralisir kandungan pencemar sehingga mampu mencegah pencemaran lingkungan.
“Saat ini produksi turun 100 ton tqndan buah segar per hari, biasanya musim panen 500ton. Produksicpo sedikit karena tbs sedikit, selain itu hujan kan areal perkebunan becek susah keluar buah sawitnya dari areal perkebunan. Dan harga tandan buah segar meningkat Rp1800/kg dibandingkan beberapa waktu lalu hanya Rp1200/kg,” jelasny.
(sy)