Jurnalline.com, Kayuagung OKI (Sumsel) – Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dianggap sebagai wilayah yang sangat rawan terjadinya kebakaran hutan, perkebunan dan lahan (Karhutbunla). Namun hingga kini OKI belum menjadi daerah produsen asap.
Ini semua berkat kekompakan, kerja keras dan upaya dari berbagai kalangan dalam melakukan pencegahan, hingga saat ini Kabupaten OKI masih dalam status zero asap.
Hal ini terungkap pada saat Komandan Kodim 0402/OKI-OI, Letkol Inf Seprianizar, S.Sos menggelar rapat evaluasi Karhutbunla di ruang rapat bende seguguk Kabupaten OKI, Kamis (30/8/2018).
“Alhamdulillah hingga saat ini Kabupaten OKI belum menjadi produsen asap, walaupun demikian, hal ini tetap harus diantisipasi mengingat musim kemarau diperkirakan masih akan berlangsung hingga Oktober mendatang,” ujar Komandan Kodim 0402/OKI-OI, Letkol Inf Seprianizar S.Sos.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, selama pelaksanaan Asian Games 2018 ini, OKI masih dalam data yang baik. “Ini bukan kebetulan, melainkan upaya kerja keras di lapangan. Meskipun demikian, Asian games masih harus disukseskan karena masih berjalan,” kata Dandim,
Menurutnya, yang menjadi tantangan ke depan adalah pasca Asian Games, pasalnya cuaca masih masuk ke dalam musim kemarau. “Ini yang harus kita hadapi . Tekanan Mungkin berkurang, tapi tantangan masih akan datang,” ujarnya.
Apalagi, lanjut Dandim, setelah Asian Games ini pasukan ataupun personil yang datang diperbantukan untuk menangani karhutbunla di OKI akan pulang. “Jika dikaitkan dengan SDA kita, ini yang kita cemaskan karena status cuaca masih kemarau,” ungkapnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, hingga 27 Agustus 2018 tercatat 62 firespot di Kabupaten OKI dengan luas lebih dari 1000 hektar. “2015 lalu kita ketahui bagaimana yang terjadi. Kalau 2016 dan 2017 sudah putus, tinggal lagi 2018 ini apakah bisa ditekan atau bagaimana, ini yang menjadi PR,” jelasnya.
Sementara itu, Kapolres OKI, AKBP Ade Harianto SH MH menambahkan, bahwa pasca Asian Games nanti memang akan ada pengurangan pasukan, khususnya personil yang diperbantukan di OKI seperti Brimob dari Polda Sumsel dan Lampung.
“Mengantisipasi ini, di lapangan personil terus mengumpulkan informasi untuk mengantisipasi pembakaran hutan dan lahan oleh masyarakat,” ungkapnya.
Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan razia humanis dengan cara menanyakan kepada warga yang akan ke kebun, cari ikan, pencari kayu terkait motif pembakaran, waktu yang biasanya digunakan membakar lahan.
“Dari situ, didapatkan beberapa informasi kenapa mereka membakar lahan. Karhutbunla ini menjadi kegiatan tahunan, karena OKI menjadi salah satu Kabupaten yang rawan sehingga perlu benar-benar diwaspadai,” katanya.
Kapolres yang didampingi Kabag OPS Polres OKI, Kompol Yudha Widyatama Nugraha menjelaskan, 62 firespot yang tercatat di 14 Kecamatan. “Terbanyak Kecamatan Pangkalan Lampam dengan 18 titik, Kecamatan Sungai Menang 15 titik dan diikuti beberapa Kecamatan lainnya,” terang Kabag OPS.
Dari operasi yang dilakukan beberapa waktu terakhir ini, menurutnya ada beberapa hal yang perlu dievaluasi, salah satunya terkait lokasi posko terpadu agar lebih dekat dengan titik api.
“Selain itu diperlukan solusi untuk masyarakat sebagai alternatif agar tidak membuka lahan dengan cara membakar. Karena masih ada masyarakat yang tidak mengetahui alternatifnya, selain itu memang ada yang hanya mampu membuka dengan membakar.
(Eka DH)
Copyright © 2017 Jurnalline Cyber Media