Jurnalline.com, Kayuagung OKI (Sumsel) – Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) patut berbangga hati, karena menjadi salah satu tujuan kunjungan kerja Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) Papua di wilayah Provinsi Sumatera Selatan.
Ditetapkannya Kabupaten OKI menjadi tujuan dari kunker TRGD Papua ini bukan tak beralasan, lantaran dianggap telah berhasil mengelola lahan gambut plasma Nutfah di Kedaton- Supucuk Kabupaten OKI dalam menanggulangi kebakaran lahan.
Diketahui, Papua merupakan salah satu provinsi prioritas kertas BRG dalam merestorasi lahan gambut. Selain Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. hal ini berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Kedatangan rombongan TRGD Papua yang diketuai Iwan Triono MHut MSi ini didampingi Tim Balai Litbang LHK Palembang. Selain mendapatkan materi pengelolaan lahan gambut, rombongan ini juga mengunjungi lahan Plasma Nutfah dan lahan budidaya Nanas, serta tanaman sayur mayur yang merupakan binaan Balai Litbang LHK Palembang.
Kabid Pengelolaan Kualitas Lingkungan DLH Papua,
Iwan Triono MHut MSi Jurnalline.com mengatakan, ketertarikannya berkunjung ke Kabupaten OKI lantaran keberhasilan dari pengelolaan lahan gambut yang bernilai ekonomis tersebut.
“Walaupun jarak perjalanan yang jauh, dimana dari Bandara Jayapura -Jakarta memakan waktu 7 jam, lalu perjalanan Jakarta-Palembang 1 jam. Namun kita mendapat pelajaran yang berarti, banyak ilmu yang kita dapat bagaimana cara mengelola lahan gambut sehingga bernilai ekonomis,” ungkapnya.
Masih kata Iwan, pihaknya juga ingin mengetahui program apa yang sudah dilakukan BRG Sumsel, dalam mengantisipasi kebakaran lahan, sebab Palembang menjadi tuan rumah ajang Asian Games.
“Jelas kondisi wilayah sangat berbeda dengan wilayah Indonesia Timur, disana faktor biaya untuk pengelolaan dan menuju ke lokasi lahan gambut cukup besar, karena untuk menempuh satu kabupaten ke kabupaten lainnya harus menggunakan pesawat. Itupun harus antrian tiket dulu selama tiga hari,” bebernya saat dibincangi disela kegiatan, Kamis (09/08).
Menurutnya, faktor lain juga menjadi kendala dalam pengelolaan lahan Gambut di Papua, yakni karakteristik masyarakat, masyarakat di Papua agak sulit menerima. “Menurut mereka, alam sudah menyediakan semuanya, jika ingin makan langsung menebang pohon sagu, ingin ikan tinggal memancing di sungai. Jadi lahan gambut disana setiap tahun terbakar dan tidak ada solusinya,” terangnya.
Namun demikian, pihaknya tetap akan berusaha maksimal dalam mengelola lahan gambut dengan menerapkan ilmu yang telah didapat dari Balai Litbang LHK Palembang ini.
“Tetap akan kita terapkan, walaupun sulit. Mungkin kami disana bisa menerapkan budidaya perikanan di lokasi gambut, beternak kerbau dan lainnya,” ucapnya optimis.
Sementara itu, Kepala Balai Litbang LHK Palembang, Tabroni mengaku pihaknya terus berupaya mengembangkan pengelolaan lahan gambut dengan berbagai program baik budidaya perkebunan, perikanan dan pertanian. “Ya semua harus kita coba, namun menyesuaikan kondisi di lapangan. Pola yang kita terapkan yakni Wana Mina Tani, yakni di satu lokasi kita usahakan budidaya perikanan, perkebunan dan pertanian,” tandasnya.
(Eka DH)
Copyright © 2017 Jurnalline Cyber Media