Jurnalline.com, Jayapura – Pembangunan infrastruktur di Nduga adalah salah satu program strategis Nasional, sama halnya dengan program-program lainnya di seluruh Indonesia. Pembangunan ini bertujuan untuk membuka isolasi daerah, meningkatkan kesejahteraan rakyat, guna menjamin keadilan sosial menyentuh sampai ke lapisan masyarakat hingga ke pedalaman.
Pembangunan juga merupakan wujud kehadiran negara di seluruh wilayah kedaulatan NKRI. Namun sebagaimana kita ketahui semua bahwa di Papua ancaman keamanan masih sangat tinggi. Masih ada Saudara kita yang mempersenjatai diri secara illegal dan melakukan serangkaian tindakan kekerasan dan merongrong kedaulatan negara. Termasuk menggangu proses pembangunan di Papua. Itulah sebabnya proses pembangunan tersebut harus diamankan oleh prajurit TNI. Pangdam XVII/Cenderawasi Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring, S.I.P, menjelaskan saat menjawab pertanyaan wartawan disela-sela acara pembukaan Apel Komandan Satuan (Dansat) jajaran Kodam XVII/Cenderawasi di Rindam Ifar Gunung Sentani Papua pada 05/03/2019.
TNI mengerahkan 600 personel memperkuat Kodam XVII/Cen untuk melanjutkan proyek jembatan di Nduga, Papua, yang sempat terhenti karena aksi penembakan dari KKSB. Sebelumnya proyek ini dikerjakan PT. Istaka Karya dan PT. Brantas Abdibraya yang sempat terhenti akibat adanya insiden pembantaian terhadap puluhan karyawan PT. Istaka Karya oleh gerombolan separatis pimpinan Egianus Kogoya di Yigi pada 02/12/2019.
Pasukan TNI tersebut akan digelar di sepanjang jalur pembangunan Trans Papua Wamena-Mumugu, khususnya dalam pembangunan jembatan. Tekhnis pelaksanaannya pembangunan akan dilanjutkan oleh satuan zeni konstruksi (zikon) TNI AD, sedangkan tenaga ahli tetap dari PT. Istaka Karya dan PT. Brantas. Pangdam melanjutkan.
Negara tidak boleh mundur hanya karena adanya teror dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Negara akan tetap melanjutkan pembagunan samapai selesai, ini demi untuk kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh rakyat.
Saat diklarifikasi bahwa apakah rakyat tidak trauma atas kehadiran prajurit TNI di Kab. Nduga? Pangdam Menjelaskan bahwa situasi di Nduga saat ini kondusif. Rakyat yang mengungsi akibat insiden pembantaian terhadap karyawan PT. Istaka Karya pada 02/12/2018 lalu sudah mulai kembali ke kampung dan menjalani kehidupan sosial dan ekonomi secara normal. Mereka diamankan oleh aparat TNI/Polri dan mendapatkan bantuan sembako dan layanan kesehatan baik dari aparat keamanan maupun dari pemda setempat.
Rakyat justru trauma terhadap tindakan kekerasan oleh KKSB, bukan kepada TNI. Anda bisa membayangkan bagaimana rakyat sipil diikat tangannya dari belakang, dikumpulkan jadi satu kemudian ditembak dan dibantai secara sadis tampa pri kemanusiaan. Guru-guru dan tenaga kesehatan yang sedang bertugas di Mapenduma dianiaya dan diperkosa pada bulan Oktober 2018 lalu. TNI tidak mungkin dan tidak akan pernah melakukan tindakan biadab seperti itu.
KKSB selalu memumatar balikkan fakta, dibuat seakan-akan TNI adalah pelaku penjahat kemanusiaan. Mereka membuat opini bahwa yang dibantai di distrik Yigi pada bulan Desember tahun lalu adalah anggota TNI yang menyamar, tapi nyatanya media bisa melihat langsung korban dikembalikan ke keluarga semuanya adalah warga sipil, bahkan kita lihat yang sedang viral di media sekarang, keluarga membuat surat terbuka kepada Presiden agar informasi tentang nasib anggota keluarganya yang masih dinyatakan hilang agar segera terungkap.
(Fram/dre)
Otentikasi:
Kapendam XVII/Cen.
Copyright © 2017 Jurnalline Cyber Media