Jurnalline.com, Jakarta – Presiden Joko Widodo bersilaturahmi dengan ratusan perempuan yang berjuang di akar rumput untuk menyuarakan atau memperjuangkan hak perempuan dalam sejumlah isu. Pertemuan berlangsung di Istana Negara, Jakarta, pada Rabu, 6 Maret 2019.
Dalam acara ini, Presiden menyaksikan tayangan perjuangan para perempuan yang masing-masing mengemban misi yang sama untuk lebih menyejahterakan dan memperjuangkan hak para perempuan Indonesia.
“Aktivitas-aktivitas yang sangat luar biasa dari ibu-ibu aktivis yang tadi banyak berkaitan dengan urusan ekonomi, KDRT, hukum, dan lingkungan. Saya kira itu adalah sebuah prestasi yang masih kita harapkan lebih banyak lagi dari perempuan-perempuan Indonesia,” ujar Presiden mengomentari kiprah para perempuan itu.
Untuk diketahui, Hari Perempuan Internasional diperingati setiap tanggal 8 Maret. Peringatan ini bermula pada tahun 1977 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam rangka mewujudkan kesadaran bersama terhadap terwujudnya hak-hak perempuan di segala bidang.
Peringatan tersebut di Indonesia pada tahun ini dilakukan dengan cara mempertemukan sejumlah pejuang perempuan kepada Presiden dan menggelar dialog dengan tema “Bersama Memperkuat Bangsa”.
“Saya sangat percaya peran sentral para perempuan dalam mendidik anak-anak kita dan juga dalam menopang ekonomi keluarga,” kata Presiden dalam pertemuan tersebut.
Doliana Yakadewa, salah satu dari perempuan “akar rumput” yang mewakili salah satu dari sejumlah isu berkesempatan untuk berdialog dengan Presiden Joko Widodo. Sehari-harinya, ia bekerja sebagai seorang guru SD Negeri Kampung Ormu Kecil di Jayapura dan berjualan hasil kerajinan tangan di Pasar Mama-Mama Papua.
Selama belasan tahun ke belakang, Doliana bersama rekan-rekannya berjuang untuk peningkatan ekonomi kerakyatan bagi para ibu. Selain itu, ia juga mendampingi para korban kekerasan dalam rumah tangga dan membentuk perkumpulan untuk pemulihan bersama.
“Selama 13 tahun kami turun ke jalan meneriakkan (pembangunan) Pasar Mama-Mama Papua. Lalu Bapak Presiden Republik Indonesia dapat menyelesaikannya dalam tempo 4 minggu,” ucapnya.
Pasar Mama-Mama Papua merupakan pasar tradisional empat lantai yang terletak di Kota Jayapura. Pada April 2018 lalu, Presiden Jokowi sempat meninjau aktivitas perekonomian para ibu Papua di pasar tersebut.
Pendirian pasar permanen dan layak di Kota Jayapura tersebut sebelumnya membutuhkan perjuangan yang panjang. Para pedagang setempat sudah sejak lama berjualan di pasar sementara yang dianggap tidak layak sebagai pusat perekonomian.
“Kami mendapat empat lantai, itu saya ucapkan terima kasih. Kita tidak kena hujan dan panas. Kita tidak lagi gelar karung di jalan,” ucap Doliana.
Namun, Doliana masih menaruh harapan besar bagi Presiden Joko Widodo dan pemerintah untuk memberikan bantuan permodalan bagi para pedagang Pasar Mama-Mama Papua. Ia mengharapkan bantuan sekaligus pendampingan agar para ibu Papua mampu mandiri secara ekonomi.
“Kami lebih kepada (berharap) bantuan permodalan pasar Mama-Mama Papua,” ujarnya yang menyebut saat ini terdapat 630-an pedagang yang beraktivitas di Pasar Mama-Mama.
“Oke, nanti saya perintah program Mekaar untuk masuk ke Pasar Mama-Mama. Ini di sini ada Bu Menteri BUMN, kirim itu program Mekaar ke pasar Mama-Mama. Ini perintah, Bu!” sahut Presiden.
Terkait dengan program Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera), Kepala Negara menyebut bahwa program tersebut ditujukan untuk mengembangkan usaha-usaha kecil dan mikro di Tanah Air. Program tersebut disebutnya juga ditujukan bagi peningkatan kesejahteraan keluarga.
“Program Mekaar ini juga untuk ekonomi mikro dan kecil, yang hampir 99 persen pesertanya adalah ibu-ibu. Sudah mencapai 4,2 juta orang yang ikut di sini,” tutur Presiden.
(Fram/dre)
Sumber :
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden.
Copyright © 2017 Jurnalline Cyber Media