Jurnalline.com, “Jika kita ingin anak-anak berkembang, kita perlu memberi mereka waktu untuk terhubung dengan alam dan mencintai bumi sebelum kita meminta mereka untuk menyelamatkannya,” Kalimat tersebut merupakan kalimat bijak dari David Sobel seorang pendidik dan akademisi Amerika, yang bertanggung jawab mengembangkan filosofi pendidikan.
Kalimat tersebut sangat tepat mewakili SMA Pradita Dirgantara, sebuah sekolah unggulan binaan TNI AU melalui Yayasan Ardhya Garini yang terletak di Komplek Lanud Adi Sumarno, Solo, Jawa Tengah dan bertaraf internasional, berwawasan kedirgantaraan yang diresmikan oleh Presiden ke-3 Republik Indonesia Alm Bapak BJ Habibie Juli 2018 silam.
Pradita Dirgantara selalu memiliki cara dan inovasi unik dalam pembelajaran di tengah situasi Pandemi Covid-19 saat ini, diantaranya program Bank kedelai.
Media pembelajaran ini diinisiasi oleh Dr. Sutanto, DEA, Manajer Penjaminan Mutu SMA Pradita Dirgantara, dan beberapa staf guru lainnya.
“Apa yang kamu inginkan di sekolah? Saat masuk ke sekolah, apa yang ingin dilihat, dengar, alami, dan rasakan? Pertanyaan ini sangat perlu diinspirasi oleh semua orang. Program bank kedelai merupakan alternatif untuk melatih dan memberikan pengalaman belajar kontekstual kepada anak-anak. Pemahaman tentang proyek pembelajaran dasar ini memberikan pemahaman tentang makna hidup yang sebenarnya, ”tutur Sutanto saat jumpa pers di ruang kerjanya.
“Merujuk dari penelitian di Jepang bahwa anak muda saat ini semakin sedikit minatnya terhadap dunia agrikultur. Mereka lebih tertarik pada teknologi. Inilah yang juga menjadi kekhawatiran kami terhadap generasi bangsa Indonesia yang jelas-jelas bangsa kita memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Inilah yang harus kita tonjolkan pada dunia. Bank kedelai menjadi program belajar yang bermakna unutk siswa agar mereka juga dapat menjadi duta pangan, misalnya,” Jelas Sutanto.
Bank kedelai memberikan pengalaman belajar kepada siswa yaitu, sekolah hijau atau green school dan pembelajaran kontekstual terintegrasi.
Konsep ini dikembangkan oleh SMA Pradita Dirgantara, meski dalam situasi pandemi. “Pertama, konsep green school, siswa belajar lebih banyak dari cara mereka belajar daripada dari apa yang diajarkan kepada mereka. Kedua, pembelajaran kontekstual terintegrasi membantu siswa untuk mengumpulkan beragam pengetahuan secara komprehensif. Kajian ini juga dikenal sebagai kajian interdisipliner yang mempertemukan disiplin ilmu pada seluruh siswa untuk mencapai tujuan dengan memahami kompleksitas dan mengambil keputusan yang bermakna,” Terang Sutanto.
Disamping itu, Denny M. Fajar, S.Pd, M.Sc., guru biologi sekaligus koordinator program menuturkan bahwa program bank kedelai ini dijalankan masih secara daring. Awalnya, guru memberikan arahan tentang apa yang harus dilakukan siswa, mulai dari proses penentuan bibit, penanaman, hingga panen. Setiap minggu siswa diwajibkan untuk melaporkan data kepada guru koordinator hingga akhirnya proses sosialisasi proyek dilaksanakan.
“Ini mengajarkan kepada siswa untuk menerapkan green school di rumah mereka. Mereka belajar tentang pertanian. Mereka akan belajar menjadi peneliti sekaligus menjadi seorang petani. Selain itu, siswa belajar tentang pembelajaran kontekstual terintegrasi, misalnya biologi, kimia, sosial, budaya, dan kewirausahaan. Ini tentunya juga melibatkan orang tua dan itu nilai yang penting,” tuturnya.
SMA Pradita Dirgantara telah menerapkan sistem green school dan pembelajaran kontekstual terintegrasi sejak awal berdiri pada tahun 2018 dan ditandai dengan penanaman pohon oleh almarhum B.J Habibie.
Adapun integrasi pembelajaran kontekstual tampak dalam beberapa mata pelajaran. Misalnya, Integrasi pembelajaran pada biologi, kimia, dan kewirausahaan. Siswa dapat belajar tentang pemanfaatan jamur (biologi), kandungan gizi/uji coba pangan (kimia), dan pemasaran produk kedelai.
Bank kedelai ini terus berlanjut sampai akhirnya siswa kembali ke sekolah dengan membawa benih kedelai yang selanjutnya akan ditanam di sekolah. Selain itu, kedelai juga bisa diolah menjadi berbagai olahan makanan dan bisa didistribusikan secara komersial,” Ungkap Denny.
Program ini dinilai berhasil karena siswa dapat menanam kedelai dengan baik dan mendapatkan pembelajaran komprehensif dari kegiatan tersebut.
“Bank kedelai melatih saya untuk memahami cara menanam yang benar karena ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Selain itu, program ini membuat saya lebih mengenal alam karena sebelumnya saya lebih nyaman dengan urusan teknologi. Jadi, ini program yang bagus untuk masa depan kita,” kata Nimas Putri Larasati, siswa SMA Pradita Dirgantara.
SMA Pradita Dirgantara meyakini hal tersebut akan membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan di bidang agrikultur atau agroteknologi sehingga sektor pertanian Indonesia dapat bersaing secara global.
Penulis : Fram
Editor : Ndre
Copyright © 2017 Jurnalline Cyber Media