Jurnalline.com, Jakarta – Keberhasilan dalam menjalankan program ketahanan pangan di daerah operasi di pedalaman Papua Tengah, Kabupaten Intan Jaya, tak lantas membuat Batalyon Infanteri Para Raider 305 Kostrad, TNI Angkatan Darat berpuas diri. Karawang. Kamis (27/9/2023).
Terbukti, pengalaman dan ilmu yang didapatkan di daerah penugasan Papua itu dimanfaatkan untuk menjalankan program ketahanan pangan di markas Yonif Para Raider 305. Sejak baru tiba di Karawang, Jawa Barat, Komandan Yonif Para Raider 305 Letnan Kolonel Inf Ardiansyah langsung menggerakkan Pasukan Tengkorak untuk memanfaatkan puluhan hektare lahan terlantar yang ada di sekitar asrama.
Dengan bekerja menggunakan hati, lahan-lahan tidur yang berada di dalam asrama, berhasil disulap dan dimanfaatkan menjadi lahan yang produktif. Dengan berbekal cangkul dan semangat tinggi, semua lahan tidur berhasil dibuka untuk area perkebunan. Berbagai macam jenis tanaman di budidayakan di lahan-lahan itu. Mulai dari sayur kol, mentimun, cabai, terung, pohon kelengkeng, jambu kristal dan lainnya.
Kerja keras Pasukan Tengkorak kembali membuahkan hasil, mentimun yang ditanam Praka Dunyarih dan rekan-rekannya kembali berhasil dipanen. Khusus sore ini, timun-timun yang sudah siap dipanen langsung oleh perwakilan seluruh Kompi Pasukan Tengkorak. Dengan ditemani anak-anak yang bermain air dengan gembira di kolam samping lahan timun tersebut, Pasukan Tengkorak yang lain terlihat asyik memetik timun yang ada.
“Hari ini kami panen timun kelima di lokasi ketahanan pangan, kebun kita di markas tengkorak. Alhamdulillah panen pertama memang enggak terlalu banyak hanya kilo, kemudian 30 kilo. Nah panen ketiga dapat satu kuintal lebih, keempat satu kuintal lebih. Nah ini lagi ngambil lagi, kayaknya lebih dari satu kuintal lagi. Nah ini program-program yang terus kita kerjakan, apa yang bisa kita perbuat, kita perbuat. Jadi kita harus sukseskan terus program ketahanan pangan karena di samping kita menjalankan program pertanian atau perkebunan,” ujar Danyon.
“Nah di sana juga kita ada produksi tempe dan semua dikerjakan oleh prajurit. Beberapa hal yang dikerjakan oleh prajurit semuanya sekarang bermanfaat dan kita membuat supaya mereka bisa berkreasi karena tidak selamanya prajurit itu akan menjadi prajurit. Nah ketika mereka nanti di masa pensiun atau pindah ke wilayahan, mereka sudah tau akan apa-apa yang harus mereka kerjakan yang bisa bermanfaat untuk merekanya sendiri dan untuk masyarakat,” lanjut Danyon.
Sejak ditanam dua bulan lalu sampai akhir pekan lalu total sudah lima kali, Pasukan Tengkorak mendapatkan hasil dari lahan timun. Dan hasil panen tersebut tidak hanya dinikmati keluarga besar Pasukan Tengkorak melainkan juga dijual kepada masyarakat di sekitar asrama. Masyarakatpun mengakui bahwa timun yang dijual harganya sangat murah padahal kualitasnya jauh lebih baik dari yang dijual di pasaran.
“Alhamdulillah, ini ibu-ibu pulang dari takziah, bu Warsito ngasih tahu ada panen bonteng di om-om 305, jadi ibu beli, beli timun ke sini. Alhamdulillah timunnya bagus-bagus banget, murah satu kilo, 10 Ribu. Ayo tetangga-tetangga yang mau ikut, beli di sini, baru metik, boleh metik sendiri, makasih. Ini bontengnya bagus sekali masih ada kembangnya, makasih ya om,” ucap Ibu Totok, salah satu warga yang tinggal di seputaran asrama YPR 305.
Selain berhasil melaksanakan panen raya timun, Pasukan Tengkorak juga melaksanakan inovasi program ketahanan pangan yang lain, yaitu produksi tempe. Program yang sudah dijalankan Pasukan Tengkorak sejak bertugas di Intan Jaya ini, kembali diterapkan di Karawang. Menurut Kopda Radit, penggagas program produksi tempe, dengan bahan-bahan yang mudah dicari di Karawang, seharusnya para Pasukan Tengkorak lebih mampu untuk membuat tempe dengan kualitas yang lebih baik. Dan benar, di samping dimanfaatkan sebagai bahan konsumsi para prajurit TNI, tempe racikan Kopda Radit ternyata banyak diminati masyarakat yang berada di sekitar asrama dan juga ibu-ibu yang ada di asrama. Tak jarang, Serka Erik dan Kopda Radit melebihkan jumlah produksi tempenya karena permintaan masyarakat dan ibu-ibu di asrama yang selalu ada setiap harinya.
“Alhamdulillah, setelah kita membikin tempe di asrama dan hasilnya pun mendapat respons yang positif khususnya dari ibu-ibu di seputaran wilayah Karawang atau di Yonif Para Raider 305. Mungkin salah satu keunggulan tempe dari kami, kita memasarkannya dengan harga yang di bawah pasaran dan ukurannya pun jauh lebih besar dan lebih tebal dari di warung-warung ataupun di seputaran pasar-pasar yang biasa dibeli oleh ibu-ibu,” ucap Serka Erik selaku Kepala Dapur YPR 305.
Selain dijual, Serka Erik dan Kopda Radit juga juga melaksanakan edukasi tentang tata cara pembuatan tempe kepada anak-anak TK Kartika IX-8. Tidak hanya memberikan edukasi tentang tata cara pembuatannya, anak-anak juga diberikan pemahaman bahwa Tempe ini merupakan salah satu makanan khas tradisional Indonesia yang diciptakan nenek moyang bangsa Indonesia.
Serka Erik dan Kopda Radit berharap dengan anak-anak melihat langsung proses pembuatan Tempe ini, dapat menumbuhkan rasa cinta anak-anak terhadap salah satu makanan khas tradisional Indonesia.
Semoga program-program yang telah dijalankan oleh Pasukan Tengkorak dapat bermanfaat tidak hanya kepada Keluarga Besar Pasukan Tengkorak, melainkan juga kepada masyarakat di seputaran wilayah asrama YPR 305. Jaya selalu Pasukan Tengkorak, Jaya selalu Pasukan Kostrad. Pasukan Tengkorak akan selalu hadir untuk memberikan karya-karya terbaiknya untuk Indonesia.
Fram
(Penkostrad).
Copyright © 2017 Jurnalline Cyber Media