Ternak Warga Dimangsa Macan, Prajurit Denharrahlat Kostrad Turun Tangan

Spread the love

Jurnalline.com, Jakarta – Warga Kampung Cipaga, Desa Wargasetra, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, dihebohkan oleh ternaknya yang mati. Hewan ternak yang dikandangkan di sekitar lereng Gunung Sanggabuana itu diduga dimangsa hewan buas.

Komandan Detasemen Pemeliharaan Daerah Latihan (Dandenharrahlat) Kostrad Sanggabuana Mayor Inf Wisnu Broto mengatakan, bahwa pihaknya telah turun tangan langsung untuk mencegah masyarakat membalas perbuatan hewan buas yang memangsa ternak tersebut. Selasa (26/9/2023).

Informasi Karnivora besar yang memangsa ternak domba warga ini pertama kali diterima oleh Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR) dari Komandan Dataseman Pemeliharaan Daerah Latihan (Denharrahlat) Kostrad Mayor Inf Wisnu Broto yang bermarkas di lereng Gunung Sanggabuana yang mempunyai daerah latihan di Desa Mekarbuana. Warga yang ternaknya dimangsa karnivora waktu itu melapor ke Denharrahlat.

Komandan Denharrahlat Kostrad Mayor Inf Wisnu Broto mengatakan bahwa korban domba ini ada 5 ekor. “Empat ekor ditemukan dengan luka di leher dan beberapa bagian tubuhnya dalam kondisi sudah mati, satu ekor indukan dan tiga ekor anakan. Untuk yang induk, selain luka di leher terdapat juga luka di bagian badan bagian belakang dan bagian paha dan kaki hilang, sedangkan 1 ekor lagi hilang.

Sementara itu Direktur Eksekutif Sanggabuana Concervation Foundation (SCF), Solihin Fuadi mengatakan setelah melakukan ground check bersama pasukan Denharrahlat Kostrad tidak berani menyimpulkan satwa jenis apa yang memangsa ternak warga, karena warga baru melapor tanggal 20 September, padahal kejadiannya tanggal 8 September.

“Jejak di lapangan sudah hilang, hanya menyisakan sisa-sisa darah yang sudah mengering. Jadi bisa kita simpulkan nanti setelah ada hasil dari kamera trap,” tambah Solihin.

Bernard T. Wahyu Wiryanta, fotografer dan peneliti satwa liar Sanggabuana yang ikut melakukan ground check bersama Denharrahlat Kostrad menduga satwa liar yang menyerang ternak ini adalah karnivora besar jenis macan tutul jawa (Panthera pardus melas). “Dari luka-luka yang ditinggalkan di ternak yang mati, luka di leher, dan ada bagian paha belakang yang hilang, ini adalah pola dan karakter serangan karnivora besar seperti macan tutul jawa. Mereka akan menerkam leher untuk mematikan mangsanya, kemudian pola makannya dimulai dari bagian dalam isi perut dan/atau kaki atau paha bagian belakang dulu. Bisa kemudian ditinggal dan diteruskan sampai habis di lain waktu, atau diangkut ke atas pohon,” terang Bernard yang menjabat sebagai Dewan Pembina di SCF.

“Bahwa dari trend 3 tahun terakhir, kejadian konflik satwa liar di Sanggabuana terjadi pada puncak musim kemarau, dan untuk 3 tahun terakhir kejadian ternak dimangsa macan tutul ini karena induk macan tutul sedang mengasuh anak-anaknya dan mengajari anaknya berburu dan memangsa satwa buruan,” ujarnya.

“Kejadian sebelumnya, di lapangan kami temui jejak dari beberapa ekor individu dengan ukuran berbeda. Di Sinapeul, ada 1 jejak dengan ukuran besar, dan 2-3 jejak lain berukuran kecil. Ini adalah jejak induk macan tutul jawa dengan anak-anaknya. Biasanya untuk mengajari berburu, ketika susah mendapatkan mangsa satwa liar, induk ini akan menggunakan ternak warga sebagai prey atau mangsanya,” tutup Bernard.

Fram

(Penkostrad).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.