Jurnalline.com, MAROS (SULSEL) – Maulid bagi muslim Indonesia adalah salah satu perayaan keagamaan yang selalu diperingati dengan meriah. Dari surau kecil hingga masjid besar, dari kelompok pengajian hingga masyarakat secara luas, semua melakukan perayaan, dengan cara sederhana hingga yang meriah.
Masyarakat di pesisir pantai Desa Cikoang, Kabupaten Takalar dan Desa Patte’ne , Kabupaten Maros Sulawesi Selatan, memeriahknnya dengan cara yang khas berdasarkan kearifan lokal. Letak geografis desa dan aktivitas kehidupan masyarakat di kedua desa tersebut yang berpusar di laut membuat mereka merayakannya di laut.
Mereka menghias perahu dengan membuat layar dari berbagai kain yang dimiliki. Mulai dari seprai, sarung, hingga baju-baju kaos. Semuanya dipilih yang berwarna terang hingga perahu terlihat meriah. Di perayaan tersebut masyarakat membawa Kaddo Minnya’, nasi ketan berwarna kuning. Di dalamnya diberi ayam dan telur. Jumlah Kaddo minnya’ yang dibawa ke perayaan oleh setiap keluarga disesuaikan dengan jumlah anggota. Mereka juga membawa telur-telur matang yang diwarnai dengan berbagai warna meriah. Semua makanan yang dibawa ke perayaan akan dipertukarkan dari satu keluarga ke keluarga yang lain, hingga setiap yang datang akan menyantap makanan yang dibawa oleh keluarga lain. Kekhasan tradisi yang mempererat hubungan silaturahmi.
Telur-telur hias ditusuk seperti sate lalu ditancapkan ke gelondong pisang. Di akhir perayaan telur-telur tersebut diperebutkan oleh anak-anak hingga orang dewasa. Memperebutkan telur hias tersebut, menambah meriah suasana.
Dengan semangat untuk menjaga tradisi dan mempromosikan keunikan perayaan maulid masyarakat Ciokoan dan Patte’ne di tingakt nasional dan internasional, Yayasan Parakita Bersama, didukung oleh beberapa organisasi kemasyarakatan juga instansi pemerintah, membawa keunikan tradisi tersebut ke Pantai Ancol.
“Festival Maulid Internasional ini terlaksana dengan melibatkan banyak pihak termasuk beberapa negara Sahabat. Gagasan untuk melaksanakan festival ini berawal dari semangat untuk ikut melestarikan, mengangkat dan mempromosikan secara luas keunikan perayaan maulid di dua desa pesisir, Desa Cikoang dan Patte’ne di Sulawesi Selatan kepada masyarakat nasional dan internasional,” jelas Baharuddin Nur, Ketua Yayasan Parakita Persada.
Eka Sastra, ketua panitia pelaksana Festival Maulid Internasional menambahkan, kegiatan ini digagas selain untuk memperkenalkan keunikan tradisi masyarakat pesisir Cikoang dan Patte’ne, juga diharapkan dapat menjadi sumbangsih masyarakat Sulawesi Selatan dalam menggalakkan kunjungan wisata dengan mempromosikan salah satu ekspresi nilai keagamaan dan kultural masyarakat Sulawesi Selatan ke kancah nasional dan Internasional.
Festival berlangsung dari jam 09.00 pagi dan akan berakhir malam hari jam 22.30.
Acara dimulai dengan beberapa lomba termasuk lomba Kaddo Minya’, setelah itu arak-arakan 33 perahu maulid berlayar memasuki pantai yang akan disambut oleh 33 pemuda yang masing-masing membawa satu Kaddo Minya’. Di salah perahu Kaddo Minya’ akan disambut oleh Ustd Maulana yang akan bersholawat lalu mencicipi Kaddo Minya’ tersebut. Prosesi itu mengantar dimulainya shooting off air Islam Itu Indah.
Di sore hari pengunjung akan dihibur oleh lantunan suara lembut Ully Sigar Rusady dan persembahan tari Seudati dari Aceh. Malam Hari pengunjung masih akan disuguhi berbagai hiburan. Mulai Barazanji, penampilan seniman dari negara sahabat, 60 pemain musik perkusi berkolaboasi dengan Gilang Ramadham, hingga pembacaan puisi, Bhihneka Tunggal Ika Bersama Kita Bisa.
(dms)
Copyright © 2017 Jurnalline Cyber Media