Jurnalline.com, KAYUAGUNG (OKI) – Menindaklanjuti laporan dari masyarakat mengenai pengelolahan limbah yang diduga menyebabkan pencemaran lingkungan. Komisi III DPRD OKI, melakukan inpeksi mendadak (Sidak) ke PT OKI Pulp and Paper Mills di Desa Sungai Baung Kecamatan Air Sugihan yang dihasilkan pabrik kertas terbesar di Asia Tenggara.
Komisi III diketuai Effredi Julianto SH, Budiman (sekretaris), Juni Alpansuri SSi, Febriansyah dan Merry SPd didampingi Kepala Dinas Lingkungan Hidup OKI Drs H Alamsyah dan Kepala Dinas Perhubungan OKI Ir Syaiful Bahri tersebut melihat dari dekat dan melakukan pengecekan secara langsung ke lokasi yang dianggap mengelurkan limbah yang membahayakan ekosistem sekitar perusahan.
Effredi pada wartawan, Rabu (19/4/2017) mengatakan, bahwa pihaknya bersama pihak berwenang untuk menindaklanjuti adanya laporan masyarakat Desa Rengas Abang dan Desa Jatimulya yang melapor ke DPRD OKI terkait adanya bau yang menyengat pada pagi dan malam hari. Bahwa perusahaan besar ini ketika melakukan aktivitas sempat mengeluarkan aromah tak sedap dan mengakibatkan ekosistem tidak berkembang.
“Kita cek langsung ke sini, bagaimana proses pengolahan limbah cair pabrik tersebut sebelum dibuang ke sungai. Bagaimana instalasi pengolahan limbahnya (Ipal) apakah sudah baik atau belum. Setelah kita cek ternyata ipalnya cukup baik, memang ada aroma yang kurang sedap yang ditimbulkan dari perebusan bahan baku dalam proses pembuatan kertas,” akui Effredi pada wartawan.
Ditambahkan Budiman, pihak perusahaan dan DLH OKI setidaknya harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar, terkait bau yang ditimbulkan itu ternyata tidak mengandung racun. “Masyarakat awam mereka tidak tau jika bau yang muncul itu tidak mengandung racun, mereka merasa terganggu dan takut jika aroma itu mengandung racun, harus ada sosialisasi dari perusahaan dan DLH,” ujarnya seraya mengakui bahwa pihak perusahaan kurang sosialisasi ke masyarakat terkait limbah yang terbuang maupun limbah udara yang dikeluarkan.
Manajemen PT OKI Pulp and Paper Mills H Gadang Hartawan mengatakan, air yang sudah digunakan sebelum dibuang sudah dikelola dengan baik melalui ipal. “Setelah dikelola baru dibuang keluar melalui kanal independen yang kita bangun sepanjang 47 KM sampai ke Muara Sugihan, air limbah itu tidak akan bocor ke anak sungai karena sudah kita bangun satu jalur kanal, air yang kita buang itu sudah kita cek kualitas PH airnya di angka 7, kualitasnya lebih baik daripada PH air alam di sini yang PH airnya diangka 3,” jelas Gadang yang sangat peduli lingkungan, karena dirinya juga tinggal di lokasi pabrik.
Masih kata Gadang, kalau masyarakat merasa terganggu, tentunya dirinya lebih dulu yang merasakan. “Yang jelas bukan hanya lingkungan perusahaan yang merasakannya, tapi lebih dulu orang yang di dalam perusahaan merasakan efek dari pengaruh limbah apabila tidak sempurna dalam pengelolaannya,” tandas Gadang seraya berucap sehat lingkungan sehat perusahaan.
(Novi)
Copyright © 2017 Jurnalline Cyber Media