Jurnalline.com, Jakarta – Perubahan iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Perubahan iklim dapat memicu perkembangbiakan penyakit tular vektor (Vektor adalah organisme hidup yang dapat menularkan penyakit dari hewan ke manusia atau antarmanusia, yang umumnya adalah serangga penghisap darah, seperti nyamuk, kutu, dan pinjal) karena berkaitan dengan suhu, kelembaban udara dan curah hujan.
Curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini menyebabkan terjadinya peningkatan reproduksi pada nyamuk. Peningkatan terhadap nyamuk inilah yang harus diwaspadai terutama jenis nyamuk yang mematikan yaitu Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Menindaklanjuti hal tersebut, pada hari ini Rabu (18/12).
Setelah melaksanakan apel pagi, seluruh prajurit dan PNS Kolinlamil menghadiri acara sosialisasi dengan topik pembahasan seputar Demam Berdarah Dengue (DBD) dan African Swine Fever (ASF) yang dibawakan secara ringan oleh Diskes Kolinlamil bertempat di Auning Selatan Mako Kolinlamil Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Dengan penuh semangat, Penda TK III/B dr. Bintang Ruth C.F., dalam hal ini mewakili Kadiskes Kolinlamil Letkol Laut (K) dr.I Made Ari, Sp.OT (K), berkesempatan menjadi pemateri dengan dibantu Lettu Laut (K) dr. Dio Digdaya. Dalam penjelasannya dr. Bintang mengatakan curah hujan sedang tinggi mengakibatkan banyaknya nyamuk di sekitar kita.
Dimana kita tahu sendiri nyamuk merupakan vektor penyakit yang sedang marak terjadi yaitu DBD (Demam Berdarah Dengue). DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, dimana vektornya adalah nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.
Nyamuk Aedes ini aktif menggigit di pagi dan sore hari, dan bersarang di genangan air yang tenang dan bersih, contoh di sekitar ban mobil, sampah plastik, dan lain-lain. Gejala yang ditimbulkan adalah demam 2-7 hari, nyeri kepala, mual, muntah, nyeri perut, nyeri otot dan sendi.
Tentunya dengan pendekatan diagnosis yang tepat, penanganan DBD dapat tertangani dengan baik.
“yang dapat kita lakukan di lingkungan kita untuk mencegah terjadinya penyakit DBD adalah dengan pemberantasan sarang nyamuk dengan langkah 3 M Plus yakni menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air dan tidak ketinggalan mendaur ulang barang-barang bekas. Sedangkan poin plus adalah : menanam tanaman penangkal nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk serta memberi abate (larvasida) pada tempat penampungan air yang sulit dikuras” ucap dr. Bintang.
Selain DBD, para pemateri juga menjelaskan tentang African Swine Fever. Penyakit African Swine Fever / flu babi afrika ini adalah suatu penyakit pada hewan babi yang disebabkan oleh virus H1N1, dimana hingga saat ini penyakit ini hanya dapat menular ke sesama spesies babi, tidak dapat menular ke manusia. Kasus paling banyak ditemukan di Indonesia bagian timur, dimana banyak peternak babi disana. Meski hingga saat ini belum ada laporan bahwa manusia dapat menderita penyakit ini, tetapi kita tetap waspada. Dengan cara menghindari mengkonsumsi daging babi yang terinfeksi dan apabila kita mengalami gejala flu yang tidak kunjung sembuh sebaiknya segera dilaksanakan pemeriksaan ke klinik atau Rumah Sakit terdekat.
Ratu
(Dispen Kolinlamil)