Jurnalline.com, Penkostrad – Prajurit Yonif Para Raider 433 Kostrad membantu warga melaksanakan tradisi pindah rumah suku Bugis yang disebut Mappalette Bola, bertempat di desa Sambueja Kecamatan Simbang Kabupaten Maros, Kamis (28/02/2019).
Tradisi pindah rumah menjadi suatu acara besar bagi masyarakat suku Bugis. Tidak hanya sekadar pindah tempat tinggal, suku Bugis benar-benar memindahkan rumahnya dari tempat lama ketempat baru.
Umumnya, jika ada orang yang bilang akan pindah rumah, orang itu pasti akan bersiap-siap untuk memindahkan barang-barang ke rumah yang baru. Tapi berbeda dengan adat masyarakat suku Bugis, Sulawesi Selatan. Bagi mereka, pindah rumah berarti benar-benar memindahkan rumah yang ditinggali dari tempat lama ketempat yang baru.
Masyarakat suku Bugis percaya, rumah itu tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal maupun tempat berteduh, tetapi juga menjadi sesuatu yang sakral. Rumah adalah ruang sakral di mana penghuninya mengalami berbagai hal seperti lahir, menikah, beribadah, bersosial, dan mati. Pemilik rumah biasanya melakukan pindahan rumah ini karena tanah rumah sebelumnya telah terjual, sehingga mereka memindahkan rumahnya ke tanah (tempat) yang baru.
Rumah khas suku Bugis memang sengaja didesain agar dapat dibongkar pasang. Struktur bagunan rumah yang unik memudahkan rumah adat suku Bugis ini dipindahkan. Struktur rumah panggung Bugister diri dari tiga bagian yaitu bagian atas (rakkeang) yang biasanya digunakan untuk menyimpan padi yang baru dipanen. Bagian tengah (ale bola) merupakan bagian untuk tempat tinggal. Sedangkan bagian bawah atau kolong (awa bola) berfungsi untuk menghindari serangan binatang buas untuk naik ke atas, atau pada zaman sekarang digunakan untuk menempatkan kendaraan pribadi.
Sebelum pemindahan rumah, pemilik rumah harus menyiapkan berbagai hal yaitu mengadakan ritual selamatan dahulu, menurunkan perabotan rumah yang mudah pecah, mudah bergerak atau yang dapat mengaruhi berat rumah pada saat pemindahan berlangsung. Selanjutnya, pemilik rumah bersama warga memasang bambu pada kaki-kaki rumah panggung sebagai peganganse kaligus penahan ketika mengangkat rumah itu.
Proses pengangkatan dan pemindahan rumah umumnya dipimpin oleh seorang Ketua adat untuk memberi aba-aba dan mengarahkan warga. Pemindahan rumah ini hanya dilakukan oleh laki-laki dan bisa melibatkan puluhan hingga ratusan orang.
(Fram/dre)
Copyright © 2017 Jurnalline Cyber Media